Menyajikan Informasi Istimewa dan Penting

Memuat...

Selasa, 31 Mei 2016

Sejarah Kemunculan Islam Garis Keras – 1

BELANTARA – Islam merupakan agama yang mengajarkan umatnya untuk senantiasa menciptakan ketenangan dan kedamaian, mengasihi sesama, menghargai perbedaan, dan menjauhi hal-hal yang bersifat batil. Namun kepentingan di luar Islam membuat agama rahmatan lil alamin ini mengalami pendiskreditan yang luar biasa, sehingga agama mulia ini dicerca, dihina, bahkan dianggap sebagai agama kaum teroris.
Titik balik kemuliaan Islam tersebut terjadi pascaserangan terhadap menara kembar World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat, pada 11 September 2001. Kita ingat, kejadian yang meruntuhkan simbol kemajuan ekonomi Amerika Serikat itu menewaskan sedikitnya 3.000 orang. Pelakunya, menurut Presiden Amerika Serikat kala itu, George W. Bush, adalah organisasi militan Islam yang bernama Al Qaeda, dan dipimpin Osama bin Laden. Hingga kini telah banyak buku yang menyajikan analisa dan data-data yang meragukan klaim Bush tersebut, dan bahkan menuding Amerika dan Yahudi lah dalang peristiwa terbesar pada awal abad 21 tersebut, karena hanya beberapa jam sebelum WTC diserang, orang Yahudi yang bekerja di kedua gedung pencakar langit tersebut berbondong-bondong meninggalkannya, sehingga tak seorang pun dari mereka yang menjadi korban. Apalagi karena bukan lagi rahasia umum kalau Osama yang telah almarhum itu karena ditembak mati pasukan Navy SEAL Amerika di tepat persembunyiannya di Pakistan, adalah  mantan binaan Central Inteligent Agency (CIA), dinas rahasia Amerika.
Sayang, tudingan Bush telah terlanjur menciptakan stigma tersendiri di kalangan nonmuslim, khususnya Kristen, tentang Islam, sehingga tak sedikit umat muslim/muslimat yang hidup di negara-negara dengan penduduk  mayoritas beragama Nasrani seperti Amerika, mengalami perlakuan yang tak enak. Bahkan dicap sebagai penganut agama teroris. Dari kejadian ini pula kita menjadi akrab dengan istilah Islam militan  atau Islam garis keras, karena Al Qaeda dianggap sebagai organisasi dengan pengikut seperti itu.
Islam militan, Islam garis keras atau apa lah namanya, dapat dianggap sebagai ajaran Islam yang menyimpang, karena dalam Al-Qur’an surah Al-Qashash ayat 77 Allah berfirman; “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. Dari firman ini jelas bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan yang berbuah kerusakan. Islam adalah agama damai yang mengajarkan umatnya untuk selalu sayang menyanyangi, hormat menghormati, dan menjaga apapun yang dianugerahkan Allah dengan baik sehingga tidak mendatangkan mudharat. Itu sebabnya Islam disebut sebagai agama rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh umat.
Pada kata pengantar untuk buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, M.A. menyebutkan, sekte ekstrem dalam sejarah Islam telah ada sejak abad pertama Hijriyah, abad dimana Nabi Muhammad Saw. hidup. Kelompok ini menunjukkan diri di hadapan Rasulullah Saw. pada bulan Syawal tahun 8 Hijriyah. Ketika itu Rasulullah baru saja memenangkan perang Thaif dan Hunain dan memperoleh ghanimah (harta rampasan perang) yang melimpah. Oleh Rasullulah Saw., ghanimah tersebut dibagi-bagikan di Ja’ranah, tempat miqat umrah, dan para sahabat Rasulullah Saw. seperti Abu Bakar Siddiq, Utsman bin Affan, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib , Sa’ad dan lainnya tidak mendapatkan bagian, namun para sahabat yang baru masuk Islam mendapatkannya, termasuk Abu Sufyan yang kaya raya.
Saat pembagian masih berlangsung, Dzul Khuwaishirah dari keturunan Bani Tamim menghampiri Rasulullah dan dengan kasarnya berkata; “Berlaku adillah, hai Rasulullah!” Rasulullah terkejut, dan berkata; “Celakalah kamu! Siapa yang akan berbuat adil jika aku saja tidak berbuat adil?”
Umar bin Khattab berkata; “Wahai Rasulullah, biarkan kupenggal saja lehernya.” Rasulullah menjawab; “Biarkan saja!”
Dzul Khuwaishirah meninggalkan Rasulullah, dan Rasulullah bersabda; “Akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang membaca Al Qur’an, tetapi tidak sampai melewati batas tenggorokannya (tidak memahami substansi misi-misi Al Qur’an, dan hanya hafal di bibir saja). Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Kalau aku menemui mereka, niscaya akan kupenggal lehernya seperti kaum ‘Ad.” (HR. Muslim pada Kitab Az-Zakah, bab al-Qismah). Dalam riwayat yang lain, Rasulullah bersabda; “Mereka sejelek-jeleknya makhluk, bahkan lebih jelek dari binatang. Mereka tidak termasuk dalam golonganku, dan aku tidak termasuk dalam golongan mereka.” (HR. Shahih Muslim).
Menurut para ulama, kedua hadist ini menjelaskan bahwa Dzul Khuwaishirah akan memiliki keturunan yang meski pun rajin sholat, baik wajib maupun sunah, dan membaca Al Qur’an, namun cara berfikir dan perilakunya sama sekali tidak Islami, sehingga dapat diibaratkan seperti sudah bukan lagi muslim dan takkan pernah lagi berperilaku seperti layaknya muslim. Keturunan Dzul Khuwaishirah ini juga akan memerangi saudaranya sesama muslim, dan membela atau bahkan mendukung orang-orang kafir. Rasulullah Saw menegaskan, orang-orang ini layak dibunuh.
Apa yang disabdakan Rasulullah tersebut terbukti 29 tahun kemudian dengan dibunuhnya al-Khalifah ar-Rasyid ke-3 Utsman bin Affan pada 37 Hijriyah hanya karena mengangkat kerabatnya sebagai gubernur, dan berlanjut pada 17 Ramadhan 40 H dengan dibunuhnya Ali bin Abi Thalib hanya karena Ali berdamai dengan Gubernur Syam Muawiyah yang menuntut agar pembunuh Utsman segera dihukum (baca Islam yang Lurus dan yang menyimpang-3). Pada abad pertama Hijriyah ini pula, atau tepatnya pada 37 H, orang-orang yang terlibat pembunuhan terhadap Utsman membentuk sekte Khawarij, sekte radikal pertama dalam Islam, dan hampir 12 abad setelah Rasulullah Saw wafat, atau pada 1150 Hijriyah (1738 Masehi), sekte Salafi Wahabi hadir di muka bumi.
Khawarij dianggap sebagai sekte radikal karena sekte ini mengkafirkan semua orang yang berdamai atas kasus pembunuhan Utsman bin Affan, seperti Ali bin Abi Thalib, Muawiyah, dan lain sebagainya. Selain itu, selama sekte ini tumbuh dan berkembang pada zaman pemerintahan Bani Umayyah, sekte ini menjadi oposisi pemerintah dengan militansi luar biasa dan nekat, sehingga meski hanya berkekuatan 80 orang, mereka berani melawan penguasa. Jika di antara mereka ada yang tewas, mereka menganggapnya syahid. Sekte ini kemudin terpecah menjadi beberapa sekte, di antaranya Al-Azariqah, al-Ibadiyah, an-Najdat, dan Ash-Shufriyah. Yang paling ekstrim adalah sekte Al-Azariqah karena kelompok ini menganggap orang di luar Khawarij adalah kafir.
Pembunuhan terhadap Utsman, Ali, dan munculnya sekte Khawarij tak lepas dari campur tangan Abdullah bin Saba’, orang Yahudi asal Yaman yang disusupkan kaumnya untuk memecah belah Islam. Orang ini pula yang meng-create sekte Syi’ah. Bagaimana dengan Salafi Wahabi? Mengapa sekte ini juga dianggap radikal?
(bersambung …)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KALENDER

Calendar Widget by CalendarLabs

PENGINGAT WAKTU

Arsip

Flag Counter

Total Pageviews