Ritual Syiah yang mengerikan. |
BELANTARA – Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib penuh dengan gejolak karena pada masa ini lah tangan-tangan jahat Yahudi bekerja efektif untuk memecah belah Islam. Setelah sukses mendorong munculnya firqah Khawarij, kini Abdullah bin Saba’ menjadikan Ali sebagai target untuk membentuk firqah lainnya.
Selama Perang Shiffin berkecamuk, Abdullah bin Saba’ si Yahudi dari Yaman berupaya menghasut para pendukung Ali bin Abi Thalib untuk mencintai Ali secara berlebihan. Untuk menyukseskan misinya, dia tak segan berpindah-pindah tempat tinggal dari Madinah ke Mesir, Kufah, Fusthath, dan Basrah, dan kemudian, di hadapan para sahabat dan pendukung Ali, dia berkata kepada Ali sambil menudingnya; “Engkau, engkau ..!” Maksudnya, “Engkau lah Allah”. Ali marah sekali dan nyaris membunuhnya, namun Abdullah bin Abbas menasehati Ali sehingga niat itu dibatalkan. Abdullah bin Saba’ kemudian diasingkan ke Madain.
Selama di pengasingan, Abdullah bin Saba tetap melanjutkan misinya. Maka muncullah firqah Syi’ah, golongan yang teramat fanatik terhadap Ali dan sangat membenci Muawiyah yang dianggap telah merecoki kekhalifahan Ali. Bahkan seiring dengan berjalannya waktu, kelompok ini menganggap Ali sebagai Nabi, bahkan Tuhan!
Para ulama seperti Al-Khunsari, Abu Hamzah, Abu Hatim, Ibnu Hazm dan Ahmad Amin membenarkan bahwa firqah Syi’ah muncul saat Perang Shiffin. Tak heran jika selama perang Shiffin berkecamuk, pasukan Ali tetap kuat meski ditinggalkan kelompok Qura’ dan sebagian pasukan. Namun demikian, Ali akhirnya bernasib sama dengan Utsman bin Affan, yakni dibunuh. Dia tewas di tangan Abdurrahman Ibnu Muljam pada 17 Ramadhan 40 H di Kufah.
Secara umum, pokok-pokok penyimpangan dalam ajaran Syi’ah adalah ;
1. Hanya memiliki rukun Iman, yakni tauhid (keesaan Allah), Al-‘Adl (keadilan Allah), nubuwwah (kenabian), imamah (kepemimpinan imam), dan ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan).
2. Menghilangkan syahadat dari rukun Islam, sehingga meski rukun Islam firqah ini tetap lima, namun terdiri dari shalat, zakat, puasa, haji, dan wilayah (perwalian).
3. Menyakini bahwa Al-Qur’an telah diubah dengan cara ditambah atau dikurangi dari yang seharusnya, seperti surah Al-Baqarah ayat 23 yang berbunyi; “Wa inkuntum fi raibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina fii’aliyin fa’tu bi shuratim mim mitslih”. Ayat ini, menurut mereka, seharusnya tidak mengandung kalimat fii’aliyin, sehingga sesuai perkataan Abu Abdillah (salah seorang imam Syi’ah), ayat Al Qur’an yang diwahyukan Malaikat Jibril kepada Rasulullah Saw adalah 17.000 ayat. Al-Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat ini disebut Mushaf fatimah.
4. Meyakini bahwa para sahabat sepeninggal Rasulullah Saw adalah murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifary, dan Salman Al-Farisy.
Sejumlah ulama berdapat, ide pendirian Syi’ah merupakan perpaduan ide-ide yang mendasari keyakinan yang dianut di sejumlah negara di Asia, seperti Budhisme, Manaisme, Brahmaisme, dan mereka yang percaya tentang adanya reinkarnasi dan pantheisme. Namun demikian, ada juga yang meyakini bahwa ide Syi’ah mengadopsi ide-ide Yahudisme yang mengandung unsur berhalaisme asyurisme dan babilisme. Pendapat mereka tentang Ali, para imam dan ahlul bait (keluarga Rasulullah) bahkan nyaris sama persis dengan pendapat umat Kristen yang menganggap Nabi Isa As sebagai Yesus Kristus (Tuhan). Orang Syi’ah juga memiliki ritual yang mirip dengan umat Kristen dalam memperingati hari-hari besar, yakni memperbanyak gambar dan patung, membuat-buat sesuatu yang luar biasa dan mengembalikannya kepada Imam.
Saat ini firqah Syi’ah telah terpecah menjadi tiga sekte, yakni Syi’ah Imamiyah Itsna ’Asyriyah, Syi’ah Ismailiyah, dan Syi’ah Zaidiyah. Penganut Syiah Imamiyah berpusat di Iran, namun ada pula di Irak, Pakistan, Libanon, dan Syiria.
(bersambung ….)
0 komentar:
Posting Komentar