Menyajikan Informasi Istimewa dan Penting

Memuat...

Rabu, 08 Juni 2016

Mewaspadai Bahaya Freemasonry 8: Revolusi Rusia

BELANTARA- Kesuksesan Freemasonry-Illuminati bersama para kapitalis Yahudi mencetuskan Revolusi Inggris, Perancis dan Amerika, membuat gabungan organisasi-organisasi Yahudi yang kemudian akan lebih dikenal sebagai Konspirasi Yahudi Internasional, melebarkan sayap ke Rusia, dan mencetuskan revolusi di sana. Tujuannya sama, agar dapat ‘digenggam’ secara ekonomi maupun politik sehingga dapat dikendalikan seperti ketiga negara yang telah diacak-acak itu. 

Namun demikian sejarah mencatat, menciptakan revolusi di Rusia tidaklah mudah, karena Konspirasi membutuhkan waktu belasan tahun sebelum akhirnya Tsar Nicholas II yang kala itu berkuasa di Rusia, terguling pada Oktober 1917, saat Perang Dunia I sedang berkecamuk.

Sel-sel Konspirasi diduga mulai melakukan infiltrasi ke Rusia saat negeri itu dipimpin Tsar Alexander II sekitar 1885. Ketika itu kebijakan Tsar yang toleran membuat ras Yahudi yang bermukim di negara itu dapat hidup tenang dan damai, bersatu dengan penduduk asli setempat. 

Menurut Rizki Ridyasmara dalam buku ‘Knights Templar, Knights of Christ’, kerukunan ini membuat Konspirasi tak senang, karena jika ras Yahudi berbaur dengan orang Rusia, lambat laun jati diri keyahudian orang-orang Yahudi itu akan hilang. Padahal, mereka adalah bangsa pilihan Tuhan, sementara di luar Yahudi, atau ghoyim, adalah ras yang harus melayani mereka.

Pula, jika orang-orang Yahudi itu kehilangan sifat keyahudiannya, Konspirasi khawatir orang-orang itu tak bisa lagi diajak bekerjasama mencapai ambisi besar mereka menguasai dunia. Dan yang membuat Konspirasi makin tak senang adalah, jika seluruh lapisan masyarakat Rusia hidup rukun dan bersatu, Konspirasi kesulitan memecah belah mereka dan memunculkan friksi-friksi yang kemudian dapat dikembangkan menjadi konflik yang berujung pada kerusuhan yang meluas. 

Maka, sebagai jalan satu-satunya, Konspirasi memutuskan untuk membunuh Tsar Alexander II.

Tsar Alexander II.
Pada 1866, usaha yang dilakukan Konspirasi untuk membunuh Tsar gagal total. Konspirasi tidak kehilangan akal. Dengan memperalat seorang perempuan Yahudi kaya raya bernama Hessia Helgman, Tsar dapat dipancing ke rumah perempuan itu, dan tak lama kemudian, pada 1881, Tsar menemui ajalnya. 

Pengganti Tsar Alexander II, Tsar Alexander III, menyelidiki kematian pendahulunya itu, namun sebelum penyelidikan tuntas, Rothschild yang merupakan pentolan Freemasonry sekaligus pemegang kedudukan penting dalam Konspirasi, mengirimkan agennya yang bernama Baron Gainsburg untuk mengajak Tsar Alexander III bekerjasama di bidang ekonomi. 

Tsar yang mendapatkan sinyal bahaya dari para penasehatnya, menolak tawaran Baron. Rothschild dan Konspirasi marah bukan main. Mereka lalu sepakat untuk menghancurkan Rusia dengan segala cara. 

Tak lama setelah itu, seluruh negara Eropa yang dikuasai Yahudi, terutama Perancis dan Inggris, memblokade hasil industri dan perdagangan Rusia dengan beragam dalih. Akibatnya, dalam waktu singkat Rusia meluncur ke dalam krisis ekonomi yang parah dan mencapai puncaknya pada 1905.

Tak hanya sampai di situ, melalui agen-agennya, Konspirasi menciptakan kekacauan dan kerusuhan dimana-mana, serta membentuk kelompok revolusioner yang menghasut masyarakat untuk tidak lagi mempercayai kaum bangsawan dan agama. Kelompok revolusioner ini kemudian menjadi Partai Komunis Rusia.

Belum cukup sampai di situ, Konspirasi juga membenturkan Rusia untuk berperang dengan Jepang. 

Melalui Cohen-Lobe, sebuah perusahaan Yahudi Amerika, Konspirasi mengucurkan dana besar-besaran kepada Jepang, dan pada saat yang bersamaan memutus jalur distribusi militer dan logistik pasukan Rusia yang menuju timur jauh. 

Akibatnya, Rusia kalah, dan kekaisaran Rusia terpuruk Konspirasi memperburuk kondisi ini dengan melakukan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh Rusia yang membenci Yahudi, dan tak pernah sudi bekerjasama dengan mereka. Tokoh-tokoh Rusia yang dibunuh antara lain mantan Menteri Dalam Negeri Dmitry Sipyagin, mantan Menteri Pendidikan Bogoliev, mantan Gubernur Uka Yogdanovich, Perdana Menteri Rusia, dan paman Tsar Alexander III, Prince Sergey.

Tsar marah bukan main melihat sepak terjang Konspirasi untuk menghancurkan negaranya, dan tanpa sungkan menuding organisasi persekongkolan jahat kaum Yahudi internasional itu sebagai dalang kekacauan di negerinya. Salah satu nama anggota Konspirasi yang terungkap dan dianggap bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Rusia ini adalah Yacob Sheiff, konglomerat Yahudi dari perusahaan Cohen-Lobe. Harian Perancis Le Figaro memberitakan skandal ini pada edisi 20 Februari 1932.

Tsar Alexander III.
Keberanian Tsar menuding Konspirasi sebagai dalang kekacauan di negerinya, membuat dia dalam bahaya besar karena kaum revolusioner Rusia bentukan Konspirasi yang telah menjadikan dirinya sebagai golongan komunis Rusia, membentuk sebuah kelompok pembunuh yang dipimpin oleh Gishuin, Iveno Aziev, dan Alexander Ilyanov yang semuanya orang Yahudi. Namun Alexander III dapat meringkus para pembunuh ini dan menjatukan hukuman mati kepada mereka dan semua yang terlibat. 

Adik Alexander Ilyanov, Vladimir Ilyanov, tak dapat menerima kematian kakaknya, dan bertekad untuk membalas perbuatan Tsar. Dia lalu menjadi tokoh Partai Komunis Rusia dan masyarakat dunia kemudian mengenalnya dengan nama Lenin.

Alexander III turun tahta dan digantikan Tsar Nicholas II. Kala itu suhu politik Rusia masih sangat panas dan belum dapat dikendalikan. Hampir setiap hari terjadi gelombang demonstrasi dimana-mana, menuntut dilakukannya revolusi dengan mengganti sistem monarki dengan sistem pemerintahan yang non monarki. 

Pada 22 Januari 1905 terjadi demonstrasi besar-besaran menuju istana kekaisaran Rusia yang berakhir kacau karena kepala regu pengawal istana menembaki para demonstran, dan mengakibatkan sejumlah orang tewas dan terluka. Kejadian ini dikenal sebagai ‘Pembantaian Minggu Berdarah’. Belakangan terungkap, kepala regu yang melakukan penembakan adalah seorang agen Konspirasi yang disusupkan untuk menimbulkan martir di kalangan rakyat, dan membuat situasi semakin panas. 

Tujuan Konspirasi berhasil, Rusia memang kian bergejolak. Apalagi karena Lenin dan Partai Komunis Rusia-nya kian unjuk gigi. Namun kekaisaran Rusia tak juga runtuh. Baru pada Oktober 1917 Partai Komunis Rusia berhasil menggulingkan kekuasaan, dan menjadi partai penguasa. Tsar Nicholas II dan seluruh keluarganya dieksekusi pada 1918, dan Rusia kemudian diubah menjadi Uni Soviet yang berpaham komunis.

Lenin.
Mengenai keberhasilan Lenin menggulingkan Tsar Nicholas II, Indra Adil, peneliti Zionis Internasional dalam buku ‘Konspirasi di Balik Tragedi Diana’ menyebut, sebelum memimpin Partai Komunis Rusia, pada Mei 1916 Lenin bertemu dengan tokoh Yahudi Chaim Weizman di Zurich. Dalam pertemuan itulah Konspirasi menetapkan Lenin sebagai pemimpin sebuah partai beraliran Marxisme yang akan menggulingkan Tsar Nicholas II.

Untuk mendukung upaya Lenin, menurut buku ‘Knights Templar, Knights of Christ’, Freemasonry menyediakan dana sebesar US$ 31 juta dan dukungan personel sekitar satu juta orang keturunan Yahudi Rusia dan Yahudi yang didatangkan dari berbagai wilayah, termasuk dari New York. Dana itu dikumpulkan oleh tim yang dipimpin Paul Warburg, direktur The Federal Reserve Bank, dan disetorkan langsung kepada Lenin dan Trotsky, tokoh yang juga dilibatkan dalam penggulingan Tsar Nicholas II. Dana tersebut berasal dari Max Warburg sebanyak US$ 6 juta, dari Alfred Milner Rothschild sebanyak US5 juta, dan Jacob Schiff sebanyak US$ 20 juta. 

Revolusi Rusia yang juga dikenal dengan nama Revolusi Bolsyewik, menelan korban sekitar lima juta rakyat Rusia yang rata-rata beragama Katolik Ortodoks Rusia.  (bersambung ….)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KALENDER

Calendar Widget by CalendarLabs

PENGINGAT WAKTU

Arsip

Flag Counter

Total Pageviews