Menyajikan Informasi Istimewa dan Penting

Memuat...

Minggu, 19 Februari 2017

Awas! PKI Telah Bangkit, Islam Akan Dihabisi

BELANTARA
- Indonesia memiliki sejarah kelam yang terkait dengan sepak terjang ideologi komunis, ideologi yang dicetuskan Karl Marx dan Friedrich Engels melalui bukunya yang berjudul "Manifest der Kommunistischen ". Sejarah kelam tersebut adalah dua kali upaya kudeta yang gagal, namun menelan ratusan ribu korban jiwa.

Pemberontakan yang pertama terjadi pada 18-19 September 1948 di Madiun, dan pada 30 September 1965 yang kemudian dikenal dengan sebutan G-30S/PKI. Pelakunya adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada pemberontakan pertama dipimpin Musso, dan pada pemberontakan kedua dipimpin DN Aidit.

Pada pemberontakan kedua, tujuh jenderal TNI dibunuh dengan cara sadis dan mayatnya dimasukkan ke sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Pemerintah kemudian menerbitkan Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966 yang melarang partai itu untuk kembali eksis, tumbuh dan berkembang di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Namun apakah PKI telah mati dan tak ada lagi di Tanah Air? Ustadz Alfian Tanjung memastikan bahwa PKI saat ini telah bangkit lagi, bahkan telah eksis, dan berupaya mengulangi kudetanya yang gagal.

"Tanda-tandanya telah banyak, dan gampang dilacak," katanya saat memberikan ceramah di forum Majelis Ta'lim Taman Kencana, Citeureup, Bogor, Minggu (19/2/2017).

Ia menyebut, kemunculan Pergerakan Rakyat Demokratik (PRD) yang kemudian, pada 31 Mei 1996 berubah menjadi Partai Rakyat Demokratik (PRD), merupakan pertanda eksisnya kembali partai terlarang tersebut, dan pada 24-26 Maret 2015 PRD menyelenggarakan kongres ke-8 di Hotel Acacia, Jakarta.

"PRD merupakan reinkarnasi dari PKI," tegasnya.

Tanda-tanda kemunculan PKI yang lain, menurut ustadz yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Hamka (Uhamka) ini adalah adanya buku harian seorang kader Gerwani Muda yang bernama Dita Indah Sari pada 16 April 1998. Dalam buku itu terdapat pernyataan seperti ini: "Partai sudah berdiri, well, 31 tahun terkubur, dibantai, dihina, dibunuh. dilarang, diawasi, dikhianati, sekarang bangun lagi".

Empat tahun setelah itu, tepatnya 1 Oktober 2002, buku "Aku Bangga Jadi Anak PKI" diluncurkan di Gedung YTKI, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, disusul buku berjudul "Anak PKI Masuk Parlemen" pada September 2005.

"Keseriusan PKI untuk bangkit lagi, baik secara ideologi maupun secara kelembagaan dalam bentuk partai politik atau menunggangi partai tertentu antara lain diselenggarakannya temu raya eks napol/tapol di Cempaka Putih pada 2003, rapat tertutup di kawasan perkemahan wisata Koppeng, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada 24 Mei 2003, amandemen pasal 60G UU Pemilu No 12 Tahun 2003, dan dibebaskannya 475 kader PKI dari Pulau Buru oleh Susilo Bambang Yudhoyono pada 2005 saat masih menjadi presiden," katanya.

Ia bahkan meyakini kalau tanda-tanda kebangkitan PKI dan kemungkinan akan terulangnya peristiwa G-30S/PKI pada 1965, telah mulai terasakan saat ini, di era pemerintahan Jokowi-JK, karena di era inilah serangan terhadap Islam sangat masif, persis seperti situasi menjelang kudeta yang gagal itu.

"Bahkan saat ini di wilayah tertentu di Indonesia sudah ada rumah-rumah yang ditandai dengan tanda-tanda tertentu, dan simbol palu arit bermunculan dimana-mana," kata dia seraya menjelaskan bahwa menjelang G-30S/PKI5, rumah-rumah yang diberi tanda penghuninya kemudian dibunuh secara kejam. 


PKI Menunggangi Pemerintahan Jokowi

Bagaimana PKI dapat menemukan momentum untuk bangkit dan muncul secara terang-terangan di era pemerintahan Jokowi-JK?

Data yang dihimpun dari beragam sumber menyebutkan, Jokowi adalah anak komandan Operasi Perlawanan Rakyat (OPR), organisasi underbow PKI yang bermarkas di Boyolali. Jokowi bahkan disebut-sebut merupakan kader partai terlarang itu.

Namun tentu saja Istana telah membantah tuduhan itu. Bahkan penulis buku "Jokowi Undercover", Bambang Tri, dan jajaran redaksi Obor Rakyat yang mengungkap dugaan tersebut, telah dilaporkan ke polisi. 

Polisi sita kaos bergambar palu arit.
Sayangnya, sejak pemerintahan Jokowi-JK dilantik pada Oktober 2014, gerakan PKI yang semula dilakukan secara diam-diam, menjadi lebih berani. Ditandai dengan munculnya lambang PKI dimana-mana, antara lain tertera di kaos yang dikenakan oleh Putri Indonesia 2015, dan berkibarnya bendera PKI yang berlambang palu arit di sejumlah daerah seperti di Pamekasan (Madura), Jember (Jawa Timur), dan Payakumbuh (Sumbar).

Tak hanya itu, ketika Hanggar 3 Bandara Soekarno-Hatta dioperasikan, di antara lukisan wajah-wajah tokoh Indonesia, terselip wajah DN Aidit, sehingga mengundang reaksi keras masyarakat, dan lukisan itu diturunkan oleh pihak bandara.

Tak cukup sampai di situ, saat kemunculan lambang-lambang PKI itu menjadi viral di media sosial, dan kepolisian berhasil menangkap sejumlah orang yang bahkan memperdagangkan kaos berlambang palu arit, Jokowi mendadak mengeluarkan larangan sweeping gambar palu arit.

Larangan itu dikabarkan media pada 13 Mei 2016. Dalam laporannya, media-media tersebut mengabarkan bahwa Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan Presiden Jokowi telah menghubungi Kapolri Badrodin Haiti dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan diminta untuk mengingatkan anak buahnya agar tidak semena-mena, khususnya dalam membubarkan acara yang digelar kelompok tertentu atau sweeping barang yang kerap dikaitkan dengan komunisme atau PKI.

"Presiden secara tegas, secara jelas menyampaikan pada Panglima TNI pada Kapolri, untuk segera menertibkan aparaturnya agat tidak melakukan sweeping. Zaman demokrasi tidak ada lah sweeping-sweeping seperti itu," katanya.

Kebangkitan PKI ini seolah semakin mendapatkan momentumnya di era pemerintahan Jokowi-JK ketika kemudian terungkap bahwa Jokowi dapat memenangkan Pilpres 2014 dan menjadi presiden RI ke-7 setelah sebelumnya memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2012, karena tak hanya didukung oleh PKI, namun juga oleh kekuatan-kekuatan lain yang memiliki misi untuk mengambil alih NKRI dari rakyat Indonesia. 

Kekuatan-kekuatan tersebut adalah sejumlah konglomerat Tionghoa yang tergabung dalam sebuah kelompok yang selama ini merajalela dalam dunia bisnis Tanah Air dan dikenal dengan sebutan 9 Naga, Amerika Serikat, kristen fundamentalis, syiah dan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang kemudian berubah nama menjadi Jaringan Islam Nusantara (JIN).

Mengapa PKI, para taipan Tionghoa, Yahudi Amerika Serikat, Kristen fundamentalis, syiah dan JIL dapat bersatu memenangkan Jokowi-JK? 

Tanaman cabai berbakteri yang ditanam WN China di Bogor.
Bukan rahasia bahwa etnis Tionghoa meski hidup di Indonesia tetap menganggap bahwa Indonesia adalah "bapak angkatnya", sementara bapak kandungnya adalah Republik Rakyat China (RRC), negara leluhur mereka yang juga merupakan sebuah negara komunis terbesar di Asia (berita terkait KLIK DI SINI ). Karena perlakuan seperti itu, para Taipan itu ingin Indonesia jatuh ke tangan China, dan konon kabarnya pemerintah China mendukung penuh hal itu, sehingga setelah Jokowi memberlakukan kebijakan bebas visa bagi lebih dari 32 negara dengan dalih untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, warga China seperti eksodus ke Indonesia, bahkan ada yang menjadi petani di Bogor dan menanam cabai yang mengandung bakteri berbahaya (soal ini KLIK DI SINI).

Kepentingan para taipan itu sejalan dengan tujuan PKI yang ingin Indonesia menjadi negara komunis, dan konon dari China pulalah para pentolan PKI membawa ideologi yang tidak mengenal Tuhan (atheis) itu ke Indonesia.

Lalu mengapa Yahudi AS mendukung Jokowi? Jawabannya karena mereka mengincar kekayaan alam Indonesia, dan ingin mempertahankan PT Freeport yang menguasai tambang di Papua. Bahkan seorang pakar strategi politik yang sukses mendudukkan Bill Clinton menjadi presiden AS, Stanley Greenberg, ikut menjadi tim sukses Jokowi di Pilpres 2014 (berita terkait KLIK DI SINI ).

Lantas mengapa Kristen Fundamentalis mendukung Jokowi? Jawabannya satu, karena gereja ingin menjadikan Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, menjadi negara kristen, karena gereja nampaknya sudah tak tahan untuk terus menerus menjadi kelompok minoritas di NKRI.

Terakhir, mengapa syiah dan JIL mendukung Jokowi? Jawabannya mudah, karena meski mengaku Islam, kedua kelompok ini justru selalu menyerang Islam, terutama Islam kaffah, yakni ahlussunah wal jamaah, karena ajaran mereka memang telah menyimpang dari Islam dan cenderung telah terkontaminasi doktrin-doktrin Yahudi. Maklum, syiah memang dicreate oleh orang Yahudi, sementara tokoh-tokoh JIL seperti Ulil Absar Abdallah diketahui merupakan antek Yahudi.

Tak heran ketika Pilpres 2014 masih masuk tahap kampanye, rival Jokowi dalam pesta demokrasi itu, Prabowo Subianto, sempat menuding Jokowi sebagai capres boneka. Jokowi beserta tim suksesnya membantah tudingan itu.


10 Cara Membasmi PKI

Para jenderal korban keganasan PKI.
Ustad Alfian Tanjung mengatakan, kebangkitan PKI harus diberangus karena dapat membahayakan NKRI yang berasaskan Pancasila dan mengakui adanya Tuhan. Apalagi karena kelompok ini berkolaborasi dengan pihak-pihak lain yang dapat membuat bangsa Indonesia kehilangan negaranya.

Dia menyebut, ada 10 cara yang harus dilakukan untuk melakukan hal tersebut. Pertama, membentuk organisasi perlawanan di berbagai daerah; kedua, mencetak buku-buku yang menyadarkan akan bahaya dan keganasan PKI dengan terus memutar film G-30S/PKI yang disutradarai Arifin C. Noer.

Ketiga, membentuk forum yang menyadarkan dan menggalang perlawanan terhadap PKI; keempat, memobilisasi massa dalam bentuk partisipasi yang menyadarkan akan bangkitnya PKI; kelima, melakukan sosialisasi secara masif dan terdesentralisir secara swakarsa dan tersentralisir dalam gerakan pembasmian dan pengganyangan PKI.

Keenam, memasukkan pembahasan sekitar gerakan kejahatan PKI sejak awal berdiri hingga dibubarkan melalui Tap MPRS No 25 Tahun 1966, serta tanda-tanda kebangkitan PKI belakangan ini.

Ketujuh, kaderisasi untuk menghadapi berbagai situasi dari sekedar berdebat di berbagai forum, hingga kemungkinan berhadapan secara fisik atau bentuk lain.

Kedelapan, adanya inisiasi berupa devariasi atau ketentuan hukum yang menguatkan atau mengaplikasikan aturan konstitusional yang sudah ada.

Kesembilan, gerakan sambung generasi secara alamiah dan ilmiah bahwa melawan dan membasmi PKI merupakan sikap patriot yang berjiwa Pancasila.

Kesepuluh, pertemuan nasional dalam bentuk forum ilmiah di berbagai daerah dan dipuncaki dengan seminar nasional dan rapat akbar di seluruh daerah yang menjadi basis PKI yang puncaknya adalah peringatan kewaspadaan nasional terhadap gerakan PKI.

Alfian menegaskan bahwa kebangkitan PKI sangat berbahaya, terutama bagi umat Islam yang saat ini sendirian dalam menghadapi sebuah konspirasi yang dapat berpotensi mencabik-cabik NKRI.

Ia juga mengingatkan umat Islam agar jangan memilih Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017 karena gubernur DKI Jakarta ini diduga kuat merupakan kader komunis China, dan juga merupakan boneka para konspirator untuk memuluskan rencana mereka menjadikan Indonesia tak lagi sebagai negara Muslim terbesar di dunia.

"Saya dapat data kalau Ahok memenangi Pilkada DKI 2017, dia sudah punya data 90 masjid di Jakarta yang akan dihancurkan dan akan menggusur lebih dari 130 titik yang saat ini menjadi kantong-kantong Muslim," katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa jika Ahok memenangi Pilkada DKI 2017, dia akan menjadi capres pada Pilpres 2019.

"Jika di Pilpres pun dia menang, Indonesia akan menjadi negara komunis," tegasnya. (man) 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KALENDER

Calendar Widget by CalendarLabs

PENGINGAT WAKTU

Arsip

Flag Counter

Total Pageviews