BELANTARAINFO- Fenomena alam yang pernah terjadi di Indonesia 1983 atau 32 tahun yang lalu, sekali lagi akan menyapa Indonesia pada 9 Maret 2016.
Fenomena tersebut, gerhana Matahari total (GMT), akan melintasi 10 provinsi, dan selebihnya akan terjadi di wilayah perairan Samudera Pasifik.
Pihak terkait di Indonesia, yakni Kementerian Pariwisata dan jajarannya, menyambut kedatangan event langka ini untuk menggenjot sektor pariwisata, sehingga promo pun dilancarkan dan sejumlah acara akan digelar menjelang, saat, dan setelah gerhana berlalu.
Ada 12 kota di 10 provinsi di Indonesia yang dapat menyaksikan fenomena ini secara utuh, sementara di beberapa daerah yang lain hanya dapat dilihat sebagian.
Ke-12 kota tersebut adalah Palembang, Bangka, Belitung, Palangkaraya, Balikpapan, Sampit, Luwuk, Ternate, Tidore, Palu, Poso dan Halmahera.
Sementara kota-kota yang hanya melihat gerhana separuh adalah Jakarta, Padang, Bandung, Surabaya, Pontianak, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, Kupang, Manado dan Ambon.
GMT akan terjadi pada pagi hari, saat Matahari beranjak naik dari peraduannya di timur Bumi, sekitar pukul 07:30 WIB di wilayah barat Indonesia, dan pukul 09:00 di wilayah timur Indonesia, dan akan berlangsung sekitar 3 menit.
Lebih dari 3.000 ilmuwan dari seluruh dunia akan datang ke Palu untuk mengobservasi fenomena itu dan melihat dampaknya terhadap Bumi.
Berdasarkan science, GMT terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari, sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari.
Walau wujud Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi, lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.
Ketika GMT berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan shalat gerhana (salat khusuf).
Mitos
Dahulu kala, sebelum ilmu pengetahuan belum berkembang dan pola pikir masyarakat masih primitif, kemunculan GMT selalu dikaitkan dengan mitos-mitos yang bagi masyarakat modern sangat aneh dan tak masuk akal. Mitos itu dapat ditemukan di banyak negara.
Berikut mitos-mitos dimaksud:
1. China: Naga makan matahari
Masyarakat China kuno percaya bahwa GMT terjadi karena adanya seekor naga yang sedang melahap Matahari, dan kejadian ini membuat dua astrolog pada masa itu, Hsi dan Ho, dieksekusi mati karena dianggap gagal memprediksi waktu yang tepat saat "si Naga Nakal" beraksi. Untuk menakuti naga itu dan membuatnya melepaskan Matahari, warga membunyikan sesuatu yang menimbulkan suara keras dan berisik, termasuk petasan. Hingga kini tradisi itu masih dilakukan di China.
2. Mesir Kuno: Dewa Matahari Melawan Ular Laut
Dalam mitologi Mesir Kuno ada satu dewa yang paling penting, yaitu Ra, dewa berkepala elang dan merupakan Dewa Matahari. Dalam kesehariannya, Ra memimpin sebuah perahu yang banyak berisi dewa guna melintasi langit.
Ketika malam hari, Ra kembali ke barat lewat jalan akhirat (underworld) dengan membawa cahaya untuk jiwa-jiwa yang sudah mati. Perjalanan ini sangat berbahaya.
Letak bahaya dari perjalanan Ra ini adalah adanya Apep, yaitu dewa Ular Laut yang jahat. Apep selalu berusaha untuk menghentikan perjalanan Ra. Bila GMT terjadi, masyarakat Mesir kuno pun percaya kalau Apep tengah berhasil menghentikan Ra, walaupun pada akhirnya Ra dapat meloloskan diri dan Matahari kembali bersinar.
3. India: Setan Memakan Matahari
Dalam mitos Hindu di India ada dua setan, yakni Rahu dan Ketu. Ketika GMT terjadi, masyarakat di sana percaya kedua setan itu tengah melahap Matahari, sehingga para wanita hamil disarankan untuk tetap berada dalam rumah agar bayi mereka tidak terlahir cacat. Mereka juga disarankan mengucapkan doa-doa, puasa dan mandi di sungai-sungai suci untuk mennjauhkan efek negatif dari gerhana itu.
4. Jawa: Matahari Dimakan Betara Kala
Mitos di Tanah Jawa terkait GMT tak jauh berbeda dengan di negara lain, hanya pelakunya saja yang berbeda nama.
Di Tanah Jawa, menurut mitos, GMT terjadi karena Matahari dimakan raksasa bernama Betara Kala atau Rahu, karena dendam kepada Sang Surya atau Dewa Matahari.
Saat GMT terjadi, para wanita hamil juga tak boleh keluar rumah dan anak-anak kecil dilarang berkeliaran agar tidak ikut dimakan Betara Kala. Hingga kini masih ada penduduk di beberapa wilayah di Jawa yang masih mempercayai mitos ini.
5. Jepang: Gerhana Matahari Penyebar Racun
Meski masyarakat Negeri Sakura memiliki pemikiran yang lebih maju di banding beberapa negara di Asia, bukan berarti mitos tentang GMT tak ada di sana.
Masyarakat kuno Jepang percaya bahwa gerhana Matahari adalah sebuah wabah atau pagebluk yang sangat berbahaya karena ketiga gerhana terjadi, sedang ada racun yang ditebarkan, sehingga Matahari tertutup dan dunia gelap gulita selama beberapa saat.
Untuk mencegah agar air di Bumi tidak terkontaminasi, masyarakat buru-buru menutupi sumur mereka. (berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar