BELANTARA – Hempher mendekati Muhammad bin Abdul Wahab dan menjalin pertemanan dengannya. Untuk membuatnya besar kepala dan kian sombong, Hempher sengaja selalu memuji-muji dan membangga-banggakan pemuda itu di dalam setiap kesempatan. Misalnya saja, Hempher pernah mengatakn bahwa Muhammad bin Abdul Wahab lebih hebat dari Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, sehingga seandainya saja Rasulullah Saw masih hidup, beliau pasti akan menunjuk Muhammad bin Abdul Wahab sebagai khalifah, bukan kedua sahabatnya itu.
“Aku harap Islam akan berjaya dan gemilang di tanganmu, karena engkau lah satu-satunya ulama yang akan berhasil menyebarkan Islam ke segenap penjuru dunia,” katanya.
Hasutan dan pujian yang diumbar Hempher habis-habisan membuat Muhammad bin Abdul Wahab mabuk kepayang, sehingga ketika Hempher mengajaknya menyusun sebuah tafsir baru Al Qur’an yang hanya berdasarkan pendangan-pandangan mereka berdua saja, Muhammad bin Abdul Wahab setuju. Meski pun tafsir itu bertolak belakang dengan tafsir para sahabat Rasulullah saw., para imam mazhab, dan para ulama tafsir Al Qur’an. Tujuan Hampher mengajak pembuatan tafsir baru ini jelas, yakni menyesatkan Muhammad bin Abdul Wahab. Apalagi karena jelas sekali kalau pemuda ini memang ingin tampil sebagai seorang revolusioner sejati yang pandangan-pandangannya dapat diterima masyarakat luas, meski pandangan-pandangan itu berbeda dengan para ulama, sahabat, dan Rasulullah sendiri, sehingga apapun gagasan Hempher, dengan senang hati diterimanya.
Maka begitu lah, di tangan Hempher, Muhammad bin Abdul Wahab benar-benar terseret pada kesesatan dan menyimpang jauh dari ajaran Islam yang sejati. Apalagi ketika Hempher mengusulkan untuk menghalalkan nikah mut’ah (kawin kontrak), dia setuju, dan kepadanya diberikan seorang perempuan bernama Shafiyyah untuk dinikahi dengan cara yang dilarang dalam Islam tersebut. Shafiyyah, jelas Hempher dalam buku Catatan Harian Seorang Mata-mata dan Persekongkolan Menghancurkan Islam, adalah salah seorang dari begitu banyak wanita Kristen yang dikirim Kementerian Persemakmuran untuk merayu para lelaki Muslim di Irak agar terjerumus dalam perzinahan dan prostitusi. Nama Shafiyyah pun bukan nama sebenarnya, melainkan hanya nama panggilan semata.
Muhammad bin Abdul Wahab menikahi Shafiyyah secara mut’ah hanya untuk satu minggu dengan mahar sejumlah emas. Ayat yang digunakan Hempher untuk menjerumuskan Muhammad bin Abdul Wahab agar terjerumus dalam perzinahan adalah Surah An-Nisa ayat 42 yang berbunyi; “ … Karena kalian beroleh kenikmatan dari mereka, berilah mereka maharnya sebagai kewajiban yang ditentukan …” Makna ayat ini sebenarnya mengatur tata cara pernikahan, bukan menghalalkan nikah mut’ah.
Sukses mejerumuskan Muhammad bin Abdul Wahab dalam perzinahan, Hempher kemudian menjerumuskannya dalam khamar (minuman keras). Dalil yang digunakan Hempher adalah riwayat tentang Yazid dan Khalifah Bani Umayyah dan Bani ‘Abbasiyyah yang menenggak khamar, padahal mereka adalah orang-orang yang pemahaman Al Qur’an-nya lebih baik dibanding Muhammad bin Abdul Wahab, sehingga berdasarkan riwayat ini, maka menurut Hempher, meminum khamar adalah makruh, bukan haram. Bahkan menurut Hempher, Ummar bin Khattab biasa memunum khamar, sehingga turun lah Surah Al Ma’idah ayat 91 yang berbunyi; “Setan hanya bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian karena khamar dan judi, serta menghalangi kalian dari mengingat Allah dan mengerjakan sholat. Maka, tidakkah kalian menghentikannya sekarang juga?”
Untuk meyakinkan Muhammad bin Abdul Wahab, Hempher mengatakan kalau berdasarkan ayat ini, meminum khamar sesungguhnya tidak haram asalkan tidak mabuk, tidak melupakan Allah, dan tidak lupa sholat. Lebih parah lagi, Hempher juga menggunakan Surah Thaha ayat 14 untuk membuat Muhammad bin Abdul Wahab meninggalkan sholat. Karena bunyi ayat itu adalah “ … Dan kerjakanlah sholat untuk mengingat-Ku”, maka menurut Hempher, umat Islam sebenarnya tidak sholat pun tidak apa-apa asalkan tetap mengingat Allah.
Di tangan Hempher, Muhammad bin Abdul Wahab benar-benar dibuat tersesat dari ajaran Islam yang sesungguhnya, dan keyakinannya terhadap Islam meluntur. Muhammad bin Abdul Wahab sebenarnya sempat mencurigai niat jahat di balik semua dalil yang dicekoki Hempher kepadanya, sehingga suatu kali Muhammad bin Abdul Wahab pernah berkata begini kepada Hempher; “Apakah engkau sedang berusaha membuatku keluar dari agamaku?”
Kecurigaan Muhammad bin Abdul Wahab itu muncul ketika Hempher ingin menyesatkannya juga dalam hal berpuasa, karena kala itu Hempher mengutip surah Al Baqarah ayat 184 yang berbunyi; “ .. Dan berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya”. Menurut Hempher, karena dalam ayat ini tidak terdapat kata “wajib”, maka sebenarnya berpuasa bagi umat Islam sunah hukumnya, bukan wajib. Atas kecurigaan Muhammad bin Abdul Wahab tersebut, Hempher berkilah bahwa agama adalah kesucian hati, keselamatan jiwa, dan bukan pelanggaran atas hak-hak orang lain, karena bukankah Rasulullah Saw. bersabda, “Agama adalah Cinta?” Bahkan dalam surah Al-Hajr, Allah SWT. berfirman; “Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang yaqin kepadamu’.
Maka menurut Hempher, berdasarkan sabda Rasulullah dan firman Allah SWT., ketika seseorang telah mencapai yaqin tentang Allah dan Hari Kiamat, membaguskan hatinya, dan menyucikan seluruh amal perbuatannya, maka ia akan menjadi orang yang paling baik dan paling saleh di antara umat manusia.
“Muhammad bin Abdul Wahab menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapanku,” jelas Hemper dalam buku Catatan Harian Seorang Mata-mata dan Persekongkolan Menghancurkan Islam.
Puncak penyesatan Hempher terhadap Muhammad bin Abdul Wahab, yang memotivasi Muhammad bin Abdul Wahab akhirnya membentuk sekte Wahabi adalah setelah Hempher mengaku-ngaku bermimpi bertemu Rasulullah Saw. Kata Hempher kepada Muhammad bin Abdul Wahab; “Semalam aku bermimpi berjumlah Nabi Saw. Aku menyapa beliau dengan berbagai sifat yang kuketahui dari para ulama. Beliau duduk di atas sebuah mimbar. Di sekeliling beliau berkumpul para ulama yang tidak kukenal. Engkau masuk. Wajahmu bersinar cemerlang seperti sebuah lingkaran cahaya. Engkau berjalan menghampiri Nabi Saw. Ketika engkau sudah cukup dekat, Nabi Saw berdiri dan mencium dahimu. Beliau bersabda; “Engkau lah pewaris ilmuku, wakilku dalam berbagai urusan duniawi dan ukhrawi”. Engkau pun berkata; “Ya, Rasulullah, aku takut menjelaskan ilmuku kepada orang banyak”. “Engkau lah yang terbesar. Jangan takut,” jawab Nabi Saw.”
Muhammad bin Abdul Wahab senang sekali mendengar bualan Hempher dan berkali-kali menanyakan apakah mimpi Hempher itu benar, dan Hempher tentu saja membenarkan.
“Sejak saat itu, kukira, ia berniat memaklumkan berbagai ide atau gagasan yang telah kutanamkan dalam dirinya untuk kemudian mendirikan sebuah sekte baru bernama Wahabi,” jelas Hempher sebagaimana tertulis dalam buku Catatan Seorang Mata-mata dan Persekongkolan Menghancurkan Islam.
Menurut buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahab sangat mudah disesatkan karena pengetahuan agama pemuda yang lahir pada 1703 Masehi (1115 Hijriyah) dan wafat pada 1792 Masehi (1206 Hijriyah) ini memang kurang memadai karena dia hanya belajar ilmu dari segelintir guru, termasuk dari ayahnya yang seorang qadhi (hakim). Muhammad bin Abdul Wahab pernah mengaji kepada beberapa guru agama di Mekah dan madinah, seperti kepada Syaikh Muhammad ibnu Sulaiman al-Kurdi dan Syaikh Muhammad Hayat as-Sindi. Ketika ia ke Bashrah, ia sebenarnya ingin berguru kepada seorang syaikh di sana, namun ditolak menjadi murid.
(bersambung …)
0 komentar:
Posting Komentar