Menyajikan Informasi Istimewa dan Penting

Memuat...

Rabu, 08 Juni 2016

Mewaspadai Bahaya Freemasonry 5 : Mengusai Amerika

BELANTARA- Dengan adanya Illuminati, gerakan Yahudi untuk menguasai dunia kian efektif. Apalagi karena menurut catatan sejarah, para Mason 'ikut turun tangan' dalam kemerdekaan Amerika Serikat yang terjadi pada Juli 1776 dengan tujuan menjadikan negara itu sebagai basis gerakan utama mereka. 

Namun para Mason tidak puas, karena meski sejumlah negara di Eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman, Portugis, dan lain sebagainya telah mereka kuasai secara ekonomi maupun politik, namun negara-negara itu tetap bukan milik mereka, sehingga mereka tidak dapat bergerak secara leluasa,dan kadangkala untuk mencapai tujuan tertentu, biaya yang harus mereka keluarkan relatif besar dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk direalisasikan, seperti Revolusi Perancis dan Inggris. 

Selain itu, ‘permusuhan’ dengan gereja Katolik juga adakalanya membuat mereka harus ‘mengorbankan keyakinan mereka terhadap Kabbalah’ seperti yang terjadi pada 1489. 

Kala itu, pasca pembataian Knights Templar oleh Raja Perancis Phillipe le Bel dan Paus Clement V pada 1307, komunitas Yahudi merupakan komunitas yang paling dibenci masyarakat Perancis. Bahkan komunitas Yahudi yang tetap tinggal di negara itu, seperti di Pyrennes, sebuah provinsi di selatan Perancis, Arles, Aix, dan Marseilles, mengalami intimidasi dan kekerasan yang tiada henti, serta dipaksa meninggalkan Kabbalah yang mereka anut, dan memeluk Katolik. Bahkan sinagog-sinagognya, tempat beribadah kaum Yahudi, ada yang dibakar.

Situasi ini membuat Rabi Shamur, petinggi Yahudi yang tinggal di Arles, Perancis, prihatin. Dia menulis surat kepada Pemimpin Tertinggi Kaum Yahudi di Konstantinopel, dan meminta petunjuk apa yang harus dia lakukan untuk mengatasi masalah ini. Surat itu dibalas pada 24 Juli 1489 dengan kalimat seperti ini ;

Saudara-saudara, dengan rasa sedih, pengaduan kalian kami pelajari. Derita, nasib buruk yang kalian alami membuat kami ikut bersedih. Kalian mengadukan, bahwa Raja Perancis telah memaksa kalian memeluk agama Nasrani. Kalian sulit menentang perintah paksaan itu. Maka masuklah agama Nasrani. Tetapi harus diingat, bahwa ajaran Musa harus tetap kalian pegang erat-erat dalam hati sanubari. Umat Kristen memerintahkan kalian supaya kalian menyerahkan harta benda kalian. Laksanakanlah. Selanjutnya didiklah putera-putera kalian menjadi pegadang dan pengusaha yang tangguh, agar pelan-pelan bisa merebut kembali harta benda itu dari tangan mereka.

Kalian juga melaporkan, bahwa mereka mengancam hidup kalian. Maka binalah putera-puteri kalian menjadi dokter, agar dapat membunuh orang-orang Kristen secara rahasia. Mereka menghancurkan tempat peribadatan kalian. Maka didiklah putera dan puteri kalian untuk menjadi pendeta agar dapat menghancurkan gereja mereka dari dalam. Mereka menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan. Maka didiklah putera-puteri kalian sebagai agen-agen propaganda dan penulis agar dapat menelusup ke berbagai jajaran pemerintahan. Dengan demikian, kalian akan dapat menundukkan orang Kristen dengan cengkeraman kuku-kuku kekuasaan internasional yang kalian kendalikan dari balik layar. Ini berarti pelampiasan dendam kesumat kalian terhadap mereka”.

Jawaban surat dari Konstantinopel ini menjadi terkenal karena dengan lugas mencerminkan strategi kaum Yahudi untuk menundukkan gereja dan dunia. Surat ini pula yang membuat ribuan orang Yahudi di Perancis, termasuk yang telah menjadi anggota Freemasonry, bersedia dibaptis dan memeluk Katolik. Tapi tentu saja, setelah Rabi Shamur menyosialisasikan isi surat itu kepada mereka. Hanya dalam beberapa tahun, banyak di antara mereka yang telah menjadi gembala-gembala sidang di gereja-gereja Katolik di Perancis.

Para Mason bersidang.
Momentum pertama mereka untuk merusak gereja terjadi pada 31 Oktober 1517 ketika Marthin Luther memprotes kebijakan Gereja Katolik Roma dengan membuat 95 pernyataan yang dibacakan di hadapan umum. Para Yahudi yang telah memeluk Katolik diam-diam mendukungnya, sementara para Masonik mengomporinya agar terus menentang gereja. Maka lahirlah agama Kristen Protestan

Para Mason dan Yahudi Katolik juga lah yang mendukung John Calvin dalam menyuarakan Calvinisme, sebuah gerakan yang juga menggugat otoritas Gereja Katolik Roma yang dinilai terlampau mempengaruhi kehidupan masayarakat Eropa selama berabad-abad, sehingga mereka jenuh dan menginginkan reformasi. 

Kebutuhan para Mason akan negara sendiri yang dapat dikendalikan sedemikian rupa, membuat mereka melirik benua baru yang ditemukan Christopher Colombus, Amerika Serikat, pada 1498. Kebetulan, setelah benua itu ditemukan, orang Yahudi berbondong-bondong meninggalkan Eropa dan bermigrasi ke Brazil di Amerika Selatan. Namun tak lama setelah mereka melakukan migrasi, Brazil berperang dengan Belanda, sehingga karena merasa tak aman, bangsa Yahudi kembali melakukan migrasi ke Nieuw Amsterdam, sebuah koloni Belanda di Amerika Utara. 

Kedatangan bangsa Yahudi di Nieuw Amsterdam tidak disukai Gubernur Jenderal Pieter Stuyvesant yang berkuasa di koloni Belanda itu, namun berkat lobi para pengusaha kaya dan kapitalis Yahudi internasional yang di antaranya merupakan anggota Frremasonry-Illuminasti, ketidaksukaan dapat diredam sehingga bangsa Yahudi dapat nyaman tinggal di situ dan menjuluki Nieuw Amsterdam sebagai The New Yerusalem.

Tak sampai setengah abad kemudian, Inggris merebut Nieuw Amesterdam dan wilayah-wilayah lain di Amerika, dan koloninya itu dibagi menjadi 13 negara bagian. Nama Nieuw Amsterdam pun diganti menjadi New York, hingga sekarang, dan negara bagian itu menjadi wilayah dengan jumlah penduduk bertenis Yahudi paling banyak di Amerika.

Menjelang 1775, Amerika mengalami krisis keuangan yang parah karena diperangkap para kapitalis Yahudi melalui penerbitan mata uang Amerika. Awalnya, dengan dalih demi memajukan perekonomian dan industri Amerika, Inggris disarankan untuk mencetak mata uang tersendiri untuk koloninya itu, terpisah dari mata uang Inggris. Inggris setuju. Maka seluruh asset di koloni Amerika pun didepositokan di Bank Sentral Inggris sebagai jaminan atas dana yang dipinjamkan, plus bunganya. 

Setahun kemudian, bank milik Freemasonry itu berulah dengan menolak menerima pembayaran lebih dari 50 persen dari nilai mata uang Amerika, meski skema pembayaran utang ini diatur dalam undang-undang yang dibuat Inggris sebelum mata uang Amerika diterbitkan. 

Akibatnya, nilai tukar mata uang Amerika anjlok hingga setengahnya, dan Amerika terperosok dalam krisis moneter yang kemudian melebar menjadi krisis ekonomi, sosial, dan politik. Kemakmuran yang dinikmati rakyat Amerika pun berakhir. 

Parahnya lagi, untuk mengatasi krisis, pemerintah Inggris mengenakan pajak tambahan kepada rakyat di koloninya itu yang kemudian dikenal dengan Pajak Teh. Situasi pun semakin memburuk. Kelaparan dan kekacauan mulai terjadi dimana-mana. Dalam kondisi ini, Freemasonry-Illuminati kian getol ‘bermain’ untuk kian memanaskan situasi demi mengobarkan apa yang sebelumnya telah terjadi di Inggris dan Perancis, yakni revolusi.

Revolusi Amerika.
Sejarah mencatat, bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan rakyat Amerika yang memberontak demi mendapatkan kemerdekaannya, terjadi pada 19 April 1775. Jenderal George Washington diangkat sebagai pemimpin kaum revolusioner. 

Selama perang berlangsung, Konspirasi Yahudi Internasional dimana di dalamnya terdapat para Mason, Illuminati, dan para kapitalis Yahudi, bermain di dua pihak. Di satu sisi mendukung Inggris dengan cara menggelontorkan dana untuk perang dan senjata, namun di sisi lain mendukung kaum revolusioner, juga dengan uang dan senjata. Inggris akhirnya kalah, dan kaum revolusioner mendeklarasikan kemerdekaan Amerika pada 4 Juli 1776.

Konspirasi Yahudi Internasional terus bekerja untuk dapat menguasai Amerika secara politik dan ekonomi. Melalui dua agennya yang disusupkan ke Kongres Amerika yang dibentuk pascadeklarasi kemerdekaan, Alexander Hamilton dan Robert Morris, pada 1783 Konspirasi Yahudi Internasional berhasil mendirikan Bank Amerika yang merupakan cabang Bank Sentral Inggris, namun gagal menjadi lembaga yang berhak mencetak mata uang Amerika karena dicounter anggota Kongres.

Kepada rekannya, Thomas Jefferson pernah menulis surat yang isinya begini ; “Saya yakin sepenuhnya bahwa lembaga-lembaga keuangan ini lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita daripada serbuan pasukan musuh. Lembaga keuangan itu juga telah melahirkan sekelompok aristocrat kaya yang kekuasaannya mengancam pemerintah. Menurut hemat saya, kita wajib meninjau hak mencetak uang bagi lembaga keuangan ini, dan mengembalikan wewenang itu kepada rakyat Amerika sebagai pihak yang paling berhak”.

Konspirasi Yahudi marah bukan main ketika mengetahui isi surat ini. Nathan Rothschild, kapitalis Yahudi yang juga seorang Masonik, mengancam Presiden Andrew Jackson akan menciptakan kondisi Amerika yang lebih parah dan krisis berkepanjangan. Tapi Presiden tak gentar. “Anda sekalian tidak lain adalah kawanan perampok dan ular. Kami akan menghancurkan kalian, dan bersumpah akan menghancurkan kalian semua!” kata Presiden seperti ditulis Willian Gur Carr dalam bukunya Yahudi Menggenggam Dunia.

Konspirasi semakin marah dan menghasut Inggris agar menyerang Amerika, dan terjadilah perang pada 1816. 

Abraham Lincoln.
Intervensi Yahudi di bumi Amerika yang tiada henti, membuat negara baru itu terus bergejolak. Bahkan pada 14 April 1865, Presiden Abraham Lincoln dibunuh karena berniat mengeluarkan sebuah undang-undang yang akan menyingkirkan hegemoni Konspirasi Yahudi Internasional terhadap Amerika. Pembunuhnya bernama Dickles Booth, pembunuh bayaran yang disuruh Konspirasi untuk menghabisi nyawa sang presiden. Pembunuh berdarah Yahudi ini diketahui terkait dengan Konspirasi, karena berhubungan dengan Yahuda B. Benjamin, seorang agen salah satu pentolan Freemasonry, Rothschild, yang ditugaskan di Amerika. Booth berhasil ditangkap dan dihukum, namun hingga kini Konspirasi sama sekali tak tersentuh. 

Jika saat ini kita melihat Amerika merupakan sekutu Yahudi yang paling baik, paling hormat, dan paling setia, jangan kaget, karena sejak sebelum negara itu merdeka, Yahudi sudah 'cawe-cawe'. Bahkan berdasarkan presentasi Prof. Richard Claporth diketahui kalau upaya Freemasonry cs untuk menjadikan Amerika sebagai ‘negaranya’, telah membuat seluruh warga negara itu beserta asset-asetnya, sebenarnya telah menjadi milik The Federal Reserve Bank of New York, bank milik Konspirasi, sejak 1913. (bersambung …)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KALENDER

Calendar Widget by CalendarLabs

PENGINGAT WAKTU

Arsip

Flag Counter

Total Pageviews