Menyajikan Informasi Istimewa dan Penting

Memuat...

Jumat, 15 Juli 2016

2 Bahaya Mengunduh Pokemon Go dari Sumber Tak Resmi


BELANTARA
- Fenomenal! Inilah kata yang paling pas untuk diberikan kepada game Pokemon Go yang saat ini tengah mewabah dunia.

Bayangkan, meski baru dirilis di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru pada pekan pertama Juli 2016, game hasil kreasi Niantic Labs tersebut telah diunduh oleh 10 juta pengguna Android di seluruh dunia hanya dalam waktu sepekan sejak dirilis.

Ini terjadi karena game yang baru dirilis secara terbatas tersebut ternyata tetap dapat dimainkan di luar ketiga negara itu dengan cara mengunduh file mentahnya, sehingga belum lama ini server Pokemon Go pun dikabarkan tak mampu lagi menanggung beban saking banyaknya orang yang memainkan game ini.

Saat ini Pokemon Go juga telah diklaim sebagai game terpopuler sepanjang sejarah di Amerika Serikat karena berdasarkan data yang dipublikasikan lembaga riset SurveyMonkey di laman Techno Buffalo, Jumat (15/7/2016), Pokemon Go menduduki puncak daftar game mobile paling populer di negara itu,  mengalahkan Candy Crush Saga, Draw Something, Slither.io dan Clash Royale.

"Pokemon Go tercatat memiliki 21 juta pengguna aktif harian di AS, sementara Candy Crush hanya memiliki 20 juta pengguna aktif harian," ungkap SurveyMonkey.

Capaian Pokemon Go pada pekan pertama setelah dirilis yang menembus angka 10 juta pengguna, juga tercatat melebihi pengguna harian Twitter, Facebook, Snapchat, Instagram, dan WhatsApp.


Daya tarik

Pokemon Go, menurut BBC, merupakan game augmented reality (realitas tertambah) di ponsel pintar. 

Game ini dimainkan dengan menggunakan GPS (Sistem Pemosisi Global) karena saat bermain, Anda diajak berjalan-jalan ke sana ke mari untuk menangkap monster virtual yang menggemaskan seperti Pikachu dan Jigglypuff di tempat-tempat yang dekat dengan lokasi dimana game ini dimainkan, dan pemain game ini kemudian dapat melatih monster-monster itu untuk bertanding.

Pikachu dan kawan-kawan pertama kali populer pada 1990-an, ketika Nintendo Game Boy muncul. Kartu-kartu permainan untuk ditukar sangat laku di taman bermain di sekolah-sekolah, jauh sebelum Minecraft dan bahkan sebelum Tamagotchi, namun setelah yoyo dan kelereng.

Pokemon di Game Boy dan DS (Nintendo) tadinya adalah program kartun dengan teknologi sederhana serta permainan kartu untuk ditukar, namun baru kali ini menjadi game di ponsel pintar.

Para pemain game ini mengakui kalau Pokemon Go sangat mengasyikkan, namun demikian mereka juga mengakui kalau game ini mengandung risiko jika tidak dimainkan dengan kontrol nalar dan emosi yang benar.

Tom Currie, pria berumur 24 tahun, dua bulan lalu memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai pramusaji di sebuah kafe di Auckland hanya untuk berkelana berburu Pokemon di negaranya, Selandia Baru. Ia bahkan telah memesan semua tiket perjalanan bus dari kota tempatnya memulai perjalanan berburu Pokemon, hingga kota-kota yang jauh dari rumahnya.

"Game ini melacak seberapa jauh kamu berjalan dan saya sudah melakukan perjalanan sekitar 50 km sejauh ini dan seluruhnya dengan membawa game ini," ujar Tom seperti dikutip dari laman NME, Jumat (15/7/2016).

Sejumlah pemain Pokemon Go di AS dan Australia bahkan mengaku pernah menabrak tiang listrik dan pohon selama berburu Pokemon, karena selama perburuan dilakukan, pandangan mata mereka lebih banyak tertuju pada monitor Android mereka, sehingga tak melihat apa yang ada di hadapannya.


Risiko mengunduh dari sumber tak resmi

Melihat fenomena ini, pakar keamanan siber khawatir kalau kehebohan Pokemon Go akan dimanfaatkan oleh para penjahat siber untuk merugikan para pemain game itu.

"Faktanya, Nintendo tidak (belum) merilis Pokemon Go secara global dan hal inilah yang membuatnya menjadi rentan," kata Michael Petit, Kepala Mobilitas Check Point Software Technologies untuk wilayah Afrika, Timur Tengah, dan Asia, sebagaimana dikutip dari CNBC, Jumat (15/7/2016).

Ia menambahkan, karena rilis terbatas ini, sebagian pengguna tergoda mengunduh Pokemon Go dari pihak ketiga yang belum terverifikasi, yang kemudian meminta mereka mengunduh malware yang dapat digunakan untuk mencuri informasi sensitif atau memata-matai mereka. 

Penjahat siber, menurut Petit, benar-benar dapat "mengemas" malware menjadi aplikasi Pokemon Go untuk Android, dan ia mengingatkan bahwa malware ini memiliki alat untuk akses jarak jauh yang memungkinkan si penjahat mengambil alih smartphone pengguna. 

Berdasarkan kekhawatiran para pakar tersebut, inilah risiko yang dapat dihadapi para pemain Pokemon Go yang tidak mengunduh game tersebut melalui sumber resmi:


1. Penipuan PokeCoin
Untuk diketahui, Pokemon Go memiliki sistem in-game purchase dimana para gamers dapat menggunakan uang asli untuk membeli mata uang virtual yang disebut PokeCoins, dan dapat digunakan untuk membeli item-item dalam game tersebut, seperti wewangian untuk memikat Pokemon ke lokasi mereka, atau telur-telur yang dapat menetaskan Pokemon langka.

"Beberapa dari mereka (para penjahat siber, red) mungkin mencoba untuk mengakali sistem ini dengan mencari PokeCoins yang telah didiskon atau gratis secara online. Sayangnya, para penipu telah mempersiapkan skenario ini," tulis Threat Researcher Symantec, Candid Wueest di blog resmi perusahaan.

Jika seorang pengguna melakukan pencarian “Pokemon Go free coins generator”, mereka akan menemukan tautan-tautan yang mengarahkan mereka ke penipuan-penipuan survei klasik.

Tautan-tautan ini tersebar di seluruh internet, dari postingan pada forum game hingga situs-situs penipuan yang sengaja dibuat untuk menipu. 

Mayoritas hasil pencarian tersebut adalah postingan pada situs-situs media sosial atau video-video dengan bukti palsu yang menyatakan bahwa alat peretasan PokeCoin benar-benar berfungsi.

Setelah pengguna tiba di situs penipuan tersebut, para penipu menanyakan nama pengguna Pokemon Go dan jumlah koin yang diinginkan.

"Sejauh ini, tidak ada penipuan yang kami lihat meminta password Pokemon Go. Beberapa penipuan mengklaim memiliki fitur-fitur tambahan, seperti jaminan anti-ban special, namun situs penipuan tersebut hanya memutarkan sebuah video sebelum menanyakan pertanyaan akhir: human verification," terang Wueest melalui keterangan resminya, Jumat (15/7/2016).

Proses verifikasi ini meminta pengguna untuk mengisi survei, menginstal aplikasi atau mendaftar suatu layanan. Jika pengguna mengikuti instruksi para penipu, mereka tidak mendapatkan PokeCoin gratis. Sebaliknya, para penipu tersebut mendapatkan uang dari partisipasi pengguna dalam survei melalui suatu program afiliasi. 

Menurut statistik penipuan melalui URL-URL yang disingkat, beberapa ribu orang telah mengklik setiap tautan tersebut.

Para penipu lain meminta pengguna untuk secara manual membagikan pesan di Twitter atau Facebook agar mendapatkan PokeCoins gratis, namun tidak peduli berapa kali pengguna menyebarkan pesan tersebut, mereka tidak akan pernah menerima PokeCoins apa pun.

"Kami telah menemukan ratusan pesan-pesan ini dengan beragam URL yang diposting di situs-situs media sosial. Sebagaimana yang tercantum dalam 2016 Symantec Internet Security Threat Report, penipuan Manual Sharing serupa mencapai 76 persen dari seluruh penipuan media sosial di tahun 2015," ujar Wueest.


2. Pokemon Go Terinfeksi Virus Trojan
Mengingat Pokemon Go belum dirilis secara global, para pengguna perangkat Android atau iPhone yang telah di-jailbreak mengunduh aplikasi tersebut dari sumber-sumber tidak resmi.

Hacker kemudian memanfaatkan permintaan ini, dan menciptakan versi game yang telah diinfeksi virus Trojan, menargetkan perangkat-perangkat Android. Pencipta-pencipta malware ini menyamarkan Trojan yang diakses dari jarak jauh (Android.Sandorat) sebagai Pokemon Go.

Ancaman ini didistribusikan ke berbagai situs unduhan dan forum game. Jika versi berbahaya ini terinstal, versi ini tetap menampilkan layar awal Pokemon Go, dan membuat pengguna menganggap bahwa tidak ada yang salah. Namun, ancaman tersebut memberi hacker akses penuh ke smartphone pengguna. (bel)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KALENDER

Calendar Widget by CalendarLabs

PENGINGAT WAKTU

Arsip

Flag Counter

Total Pageviews