Menyajikan Informasi Istimewa dan Penting

Memuat...

Kamis, 14 Juli 2016

Sisi Gelap Sihir: Peran Setan Atas Perilaku Yahudi - 4


BELANTARA
- Sihir dapat mengenai siapa saja, sehingga saking menakutkannya ilmu gaib yang satu ini, maka tak jarang dengan mudahnya seseorang yang mampu memperlihatkan atau melakukan sesuatu yang aneh, dituduh sebagai penyihir.

Tuduhan keji itu pernah dialami sejumlah nabi dan rasul saat mendakwahkan agama yang diturunkan Allah SWT kepada mereka, padahal yang diperlihatkan para nabi dan rasul itu hanyalah mukzizat dari Allah untuk membuktikan bahwa mereka memang orang-orang yang dipilih untuk diutus meluruskan iman dan akidah kaumnya yang telah menyimpang.

Tentu, tujuannya agar tak ada yang mengikuti seruan dan ajakan para nabi dan rasul tersebut, dan tetap berpegang pada agama atau kepercayaan yang mereka anut, yang tidak menyembah kepada Allah SWT.

Dalam Al Qur'an surah Adz-Dzariyat ayat 52 Allah SWT berfirman: "Demikianlah, setiap kali seorang Rasul yang datang kepada orang-orang sebelum mereka, mereka (kaumnya) mengatakan; "Dia itu tukang dihir atau orang gila”. 

Nabi Sulaiman AS, Nabi Isa AS, Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW termasuk di antara para nabi dan rasul yang mendapat tudingan seperti itu.

"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu melakukan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setan itulah yang kafir ..." (QS Al Baqarah: 102).

Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu  Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata“ (QS Al Maidah: 110) .

"Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)“. Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata“ (QS Ash Shaff: 6).

"Pemuka-pemuka kaum Fir´aun berkata: “Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai" (QS Al A'raf: 109).

Menukil perkataan As-Saddi ketika mentafsirkan firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 102 yang berbunyi: "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman ...", Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan bahwa pada masa kerajaan Nabi Sulaiman AS (975-935 BC), setan-setan sering naik ke langit hingga suatu tempat dimana mereka dapat mencuri dengar perkataan para malaikat tentang apa saja yang terjadi di Bumi baik di masa dahulu, sekarang, maupun yang akan datang, termasuk soal nasib dan takdir makhluk-makhluk di dalamnya.

Setan-setan itu kemudian menyampaikan kabar tersebut kepada para tukang sihir, dan para tukang sihir menyampaikannya kepada orang yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan atas suatu perkara. 

Ketika para tukang sihir itu percaya kepada para setan yang menjadi sekutunya, maka setan-setan itu mulai berdusta dengan menambah-nambahi perkataan para malaikat yang mereka dengar hingga 70 kalimat pada setiap kalimatnya. 

Perkataan para setan itu kemudian dicatat oleh orang-orang dan dijadikan buku untuk kemudian disebarkan di kalangan Bani Israil, sehingga mereka percaya bahwa setan (nama lain untuk jin kafir) mengetahui hal-hal yang gaib.

Nabi Sulaiman AS lalu mengerahkan para pengawalnya agar mengumpulkan buku-buku itu dan menyitanya, setelah itu dimasukkan ke peti dan dikubur di bawah kursi singgasananya. Tidak ada satu pun setan yang berani mendekati kursi tersebut, karena jika mereka mencoba mendekat, mereka pasti terbakar. 

Nabi Sulaiman berkata, “Tidak sekali-kali aku mendengar seseorang mengatakan setan-setan itu mengetahui hal yang ghaib, melainkan aku pasti menebas lehernya".

Setelah Nabi Sulaiman wafat dan beberapa generasi berlalu, setan menjelmakan diri dalam bentuk seorang manusia, dan  mendatangi sekelompok masyarakat Bani Israil. Kepada mereka, setan itu berkata; “Maukah aku tunjukkan suatu perbendaharaan yang tidak akan habis kalian makan untuk selama-lamanya?"  

Kelompok Bani Israil itu menjawab; “Tentu saja kami mau.”

Setan berkata lagi: “Galilah tanah di bawah kursi singgasananya (Nabi Sulaiman).” 

Setan lalu menunjukkan tempat yang dimaksud, namun ketika kelompok Bani Israil itu mulai akan menggali, dia menjauh karena takut terbakar. Ketika kelompok Bani Israil itu memintanya mendekat, ia menolak.

“Tidak! Aku di sini saja di dekat kalian, tetapi jika kalian tidak menemukannya, kalian boleh membunuhku,” katanya. 

Kelompok itu mulai menggali dan menemukan peti berisi kitab-kitab sihir itu. 

Setan berkata; “Sesungguhnya Sulaiman dapat menguasai dan mengatur manusia, setan-setan dan burung-burung melalui ilmu sihir ini.” 

Setelah itu setan berlalu dan tersebarlah isu bahwa Nabi Sulaiman adalah ahli sihir, sementara kitab-kitab yang ditemukan Bani Israil, diambil dan dipelajari.

Ketika Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT, para Bani Israil itu mendebatnya dengan kitab-kitab sihir itu, dan turunlah surah Al Baqarah ayat 102 yang antara lain berbunyi:

 “…padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir)…”.

Hingga kini orang-orang Bani Israil atau Yahudi termasuk orang-orang yang mengerjakan sihir. Mereka bahkan memiliki tradisi mistis yang dituturkan secara turun temurun yang kemudian, di era modern ini, menjadi agama alternatif bagi sejumlah orang, yakni Kabbalah.

Tak hanya itu, kaum Bani Israil bahkan kemudian meninggalkan ajaran-ajaran Taurat (Kitab Perjanjian Lama) yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Musa AS, dan kini berpegang pada Kitab Talmud yang disusun oleh para rabbi (pendeta).

Konon, ajaran dalam Talmud dan Kabbalah berumber dari agama kaum Farisi dan para pendeta Babilonia kuno, yaitu Yudaisme.

Petunjuk bahwa kaun Zionis-Yahudi telah mencampakkan Taurat terlacak dalam Talmud Erubin 2b (edisi Soncino) yang mengingatkan kepada kaum Yahudi dengan bunyi sebagai berikut; "Wahai anakku, hendaklah engkau lebih mengutamakan fatwa dari para Ahli Kitab (Talmud) daripada ayat-ayat Taurat".  

Dalam Erubin 2b juga terdapat pernyataan seperti ini; "Barangsiapa yang tidak taat kepada para rabbi, mereka akan dihukum dengan cara dijerang di dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka".

Para pendeta Talmud mengklaim bahwa sebagian dari isi Kitab Talmud merupakan himpunan dari ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa AS secara lisan, hingga kedatangan Nabi Isa AS, yang kala itu belum dihimpun secara tertulis seperti bentuknya yang sekarang. 

Meski demikian, Nabi Isa AS sendiri mengutuk tradisi 'mishnah' (Talmud awal), termasuk mereka yang mengajarkannya, yakni para pendeta Yahudi dan kaum Farisi, karena isi Kitab Talmud seluruhnya menyimpang, bahkan bertentangan dengan Kitab Taurat. Umat Kristen, karena ketidakpahamannya, hingga kini masih menyangka kalau Kitab Perjanjian Lama merupakan kitab tertinggi bagi agama Yahudi. Sangkaan itu keliru.

Para pendeta Farisi mengajarkan, doktrin dan fatwa yang berasal dari para rabbi (pendeta), lebih tinggi kedudukannya dari wahyu yang datang dari Tuhan. Mereka bahkan menempatkan hukum-hukum yang diajarkan dalam Talmud  berada di atas hukum yang diajarkan dalam Taurat, bahkan sama sekali tidak mendukung isi Taurat. 

Seorang peneliti Yahudi, Hyam Maccoby, dalam bukunya yang berjudul 'Judaism on Trial’, mengutip pernyataan Rabbi Yehiel ben Joseph yang mengatakan begini: "Tanpa Talmud kita tidak akan mampu memahami ayat-ayat Taurat ... Tuhan telah melimpahkan wewenang ini kepada mereka yang arif, karena tradisi merupakan suatu kebutuhan yang sama seperti kitab-kitab wahyu. Para arif itu membuat tafsiran mereka ... dan mereka yang tidak pernah mempelajari Talmud tidak akan mungkin mampu memahami Taurat."

Meski demikian, hingga kini masih ada sekelompok kecil di kalangan kaum Yahudi yang menolak Talmud dan tetap berpegang teguh pada kitab Taurat (Perjanjian Lama). Mereka ini disebut golongan 'Karaiyah', dan dalam sejarahnya merupakan kelompok yang paling dibenci dan selalu menjadi korban kedzaliman para pendeta Yahudi orthodoks.

Kepada tradisi 'mishnah', para pendeta Yahudi menambah sebuah kitab lagi yang mereka sebut 'Gemarah' (kitab "tafsir" para pendeta). Tradisi 'mishnah' (yang kemudian dibukukan) bersama dengan "Gemarah', disebut Talmud. Ada dua buah versi Kitab Talmud, yaitu 'Talmud Jerusalem' dan 'Talmud Babilonia'. 'Talmud Babilonia' dipandang sebagai kitab yang paling otoritatif.

Namun demikian, para peneliti menilai kalau Talmud merupakan sebuah kitab yang paling berbahaya yang pernah ada di muka Bumi karena bukan saja menjadi sumber  penetapan hukum agama, tetapi juga menjadi ideologi dan prinsip-prinsip, serta arahan bagi penyusunan kebijakan negara dan pemerintah Israel, dan menjadi pandangan hidup orang Yahudi pada umumnya. Itu pula sebabnya mengapa negara Israel disebut sebagai negara yang rasis, chauvinistik, theokratik, konservatif, dan sangat dogmatik.

Ilmuwan terkenal dalam bidang kebudayaan Ibrani dan kajian tentang Talmud, Joseph Barcley, menyatakan: “....Sebagian teks yang ada dalam Talmud adalah ekstrim, sebagiannya lagi menjijikkan, dan sebagian lagi berisi kekufuran..... Karenanya, banyak penguasa negara (raja dan kaisar) dan penguasa agama (Paus) di Eropa mengharamkan beredarnya kitab ini".

Talmud merupakan manifesto yang paling berbahaya bagi perikemanusiaan, bahkan lebih berbahaya dibanding buku Mein Kampf karya Hitler karena Kitab Talmud juga menggariskan penghancuran total semua agama dan peradaban yang ada di dunia, demi terciptanya sebuah masyarakat Zionis internasional. (berbagai sumber/bersambung)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KALENDER

Calendar Widget by CalendarLabs

PENGINGAT WAKTU

Arsip

Flag Counter

Total Pageviews